Dejavu
oleh : Najwa Hana
Namaku feiri Geralda yang biasa di panggil Fei. Aku ini orangnya
memang sedikit aneh, karena aku suka berimajinasi. Suatu saat ketika Bu Natalie
menjelaskan teori algoritma, imajinasiku pun berkhayal seakan-akan Bu Natalie
memakai baju badut dan menghibur di depan kelas. Aku pun tertawa terbahak-bahak
melihat Bu Natalie menjadi seorang badut. Ketika asyik-asyiknya berimajinasi,
imajinasiku pun terbuyarkan oleh teriakan Bu Natalie.
“HEI KAMU YANG DISITU!!”, teriak Bu Natalie
mengejutkanku. Aku lupa kalu Bu Natalie adalah guru tergalak di sekolah ini.
“KARENA KAMU TERTAWA TERBAHAK-BAHAK DAN TIDAK
MENDENGARKAN PENJELASAN BU GURU, KAMU KUBERI HUKUMAN MENGELILINGI LAPANGAN 10
KALI!!”, teriak Bu Natalie sambil menghukumku.
“apaaa??? 10 kali???”, tanyaku dengan nada
yang cukup tinggi.
“iya sepuluh kali. Eits..eits karena kamu
tidak sopan, hukumanmu bertambah menjadi 15 kali titik!!”, ujar Bu Natalie.
“baiklah bu..”, jawabku dengan pasrah.
Dalam hati aku menggerutu, “ Bu Natalie
jahat.. Bu Natalie Kejam. Huaa” sambil mengelilingi lapangan.
Ketika sampai di putaran ketujuh, tubuhku pun
tidak kuat karena lapangan sekolah SMPN
menuju sukses Jakarta ini seluas
alun-alun dikotaku. Bel istirahat pun berdering, aku pun merasa malu karena
dilihatin oleh siswa satu sekolah. Entah kenapa Bu Natalie menyuruhku untuk
berhenti berlari. Sepertinya ada roh baik yang merasuki tubuhnya.
“Nih, diminum ya!!”, ucap sahabatku Sasha.
“Makasih sha.. kamu baik banget deh, kalo ga
ada kamu, bisa-bisa aku mati karena dehidrasi” , ujarku sambil meminum minuman
yang diberi Sasha.
“Biasa aja kali..”, ucap Sasha mengiburku.
Sasha bertanya padaku ,“ Kenapa sih, kamu
tadi tertawwa ketika Bu Natalie ngajar??”
Aku menceritakan imajinasiku pada Sasha.
Sasha pun tertawa mendengar imajinasiku dan ia pun berkata, “Lagian.. ngapain
sih kamu berimajinasi kayak gitu pas Bu Natalie ngajar, udah tau kalo Bu
Natalie itu galak tapi tetep aja..”.
“Aku
juga ga tau sha, kayaknya ada yang salah deh dengan otakku. Imajinasiku ini
bisa muncul bagaimana saja, kapan saja, dan dimana saja. Ada obatnya apa gak
ya??”,tanyaku pada Sasha.
“Mungkin aja ada..”, jawab Sasha.
“Tapi gimana nyarinya?”, tanyaku.
“Buka aja internet, kan ada mbah google!!”,
jawab Sasha.
“kamu pinter deh sha”, seruku.
“hehe iya dong”, ucap Sasha.
Sepulang sekolah aku mencari informasi di google.
“Nah ketemu..!!” teriakku dengan gembira. “Pergilah ke suatu desa yang berada
di Jalan kebun salak nomor 25”, Itulah tulisan yang ada di salah satu blog
seseorang. “Apakah alamat ini benar??” tanyaku dalam hati. Aku pun membaca lagi
blog tersebut dan terdapat tulisan, “100% berhasil menyembuhkan penyakit anda,
biaya murah, dan tidak ada penipuan!!”. “Wah kayaknya ini beneran deh, lagian
desa itu tidak terlalu jauh dari kota Jakarta. “Tapi kapan ya aku kesana? Sama
siapa?? Naik apa?? Dibolehin gak ya sama mama??”, pertanyaan yang semakin
membingungkanku.
Keesokan harinya aku bertanya pada mama. “Ma
boleh gak aku pergi ke jalan Kebun Salak Nomor 25??”
“Emang buat apa kesana??”, tanya mama.
“ Buat sembuhin penyakitku ma.. boleh ya
ma??” tanyaku balik.
Mama
udah tahu penyakit imajinasiku selama ini. Imajinasi itu bukanlah penyakit, tapi selama ini aku bilang
imajinasiku ini adalah penyakit. Aku ingin sekali meyembuhkan penyakitku ini.
Aku terus meyakinkan mama supaya dibolehkan dan akhirnya mama pun
memperbolehkan aku ke desa itu.
“tapi kapan??”, tanya mama.
“hari minggu ini”, jawabku.
“tapi mama minggu ini ada arisan, kamu pergi
sama Sasha aja!!”, ujar mama.
“Aku boleh pergi sama Sasha??beneran ma??”, tanyaku
dengan heran dan gembira.
“iya.. coba kamu tanya Sasha dulu!!”, seru
mama.
“oke deh.. makasih ma!!” ucapku dengan rasa
yang super duper senang.
Aku mengirim sms ke Sasha. “sha.. kamu bisa
ga hari minggu ini ikut aku ke suatu tempat??”. Lima menit aku menunggu balasan
dari Sasha dan akhirnya dibalas juga. “bisa kok, emang kemana Fei?naik apa??”.
“ke jalan slak nomor 25, gampang nanti aku anter bareng pak budi.” Balasku. Pak
Budi adalah supir pribadiku yang nganterin aku sekolah,les, dan lain
sebagainya. Pak budi itu orangnya kumisan, rambutnya botak, pokoknya mirip
banget sama deddy corbuzier deh. Akhirnya Sasha pun mebalas “oke deh.. ketemu
besok pagi ya!!” seru Sasha.
“Hatiku gembira lalalala” aku bernyanyi
karena aku terlalu gembira. Aku menyiapakan semua barang-barang yang akan
kubawa besok. Malam harinya aku pun tidak bisa tidur karena aku tidak tahu apa
yang akan terjadi besok. Imajinasiku pun berkhayal yang tidak-tidak. Karena
tidak bisa tidur aku akhirnya mematikan lampu yang cukup menyilaukan mataku dan
membaringkan tubuhku sambil kututupi dengan selimut.
Hari-H pun tiba, mama masih sibuk menyiapkan
arisan. Aku akhirnya berangkat bersama Pak Budi untuk menjemput Sasha terlebih
dahulu. Sesampai dirumah Sasha, aku melihat Sasha mengenakan gaun putri yang
sangat cantik. Aku tertawa dan berkata dalam hati “ emang si Sasha mau kemana??
Ke desa aja pakai gaun segala.. hahaha!!”. Aku mencubit pipiku, ternyata itu
hanya imajinasiku. Sasha hanya mengenakan kaos bewarna kuning dan celana
pensil. Sasha membuka pintu mobil dan duduk disampingku. Ia tersenyum lebar
selebar-lebarnya.
“kenapa kamu terlalu senang??”, tanyaku.
“hmm enggak kok, aku Cuma senang aja, gak
pake terlalu. Soalnya aku udah lama tidak pergi ke desa.” Jawab Sasha.
“Ooo begitu ya.. aku juga senang kok, soalnya
desa udaranya sejuk banget, ada gunungnya, sawah, gubuk dan macem-macem, ga
kaya di Jakarta yang banyak rumah kumuh, gedung-gedung bertingkat plus jalannya
macet”. Ujarku
Sesampainya di desa itu aku sempat merasa
aneh, karena sepertinya aku pernah mengunjungi tempat ini, tapi biarlah
paling-paling ini Cuma imajinasiku doang. Eh salah.. ini dejavu bukan
imajinasi. Aku dan Sasha mencari rumah yang bernomor 25. Ketika samapi dirumah
yang bernomorkan 25 aku pun terkejut.
“i..i..ini juga sepertinya aku pernah melihat
rumah ini” teriakku yang mengejutkan Sasha.
Sasha
pun terheran-heran lalu ia pun bertanya,
“apakah kamu pernah kesini sebelumnya fei??”
“tidak, tidak pernah.. tapi aku merasa semua
ini pernah aku lihat”, ucapku.
“beneran kamu ga pernah kesini??”, tanya
Sasha seakan tidak percaya.
“bener.. suwer!!”, jawabku meyakinkan Sasha.
“mungkin ini hanya imajinasimu Feiri..”, ucap
Sasha.
“ini bukan imajinasi tapi ini dejavu”,
bantahku.
“emangnya dejavu itu apa sih??”, tanya Sasha
dengan wajah yang sangat polos.
“Dejavu itu keadaan dimana seseorang pernah
mengalami atau tidak yang dapat terulang kembali”, jawabku.
“ya udah deh, ayo kita ketok rumah ini!!”, ajak Sasha.
Ketika
mengetok pintu rumah itu, muncul kakek tua yang kira-kira umurnya lebih dari 65
tahun.
“loh
kakek ini juga!!”, teriakku .
“masa
sih??”, tanya Sasha.
Kaek
tua itu berkata, “Nama kamu Feiri Geralda, kan??”
Anehnya
kakek tua itu tahu namaku, padahal aku belum memprkenalkan diriku pada kakek
itu.
“iya
kok kakek tau??”, tanyaku dengan wajah penuh pertanyaan.
“Kakek
tahu semuanya karena kakek juga sering berimajinasi seperti kamu, dulu kakek
juga sempat ingin menghilangkan imajinasi kakek yang berlebihan ini. Tapi ayah
kakek tidak mengizinkan kakek. Setelah berpikir-pikir lebih lama. Imajinasi itu
bukanlah penyakit, jadi tidak harus disembuhkan. Imajinasi itu harus bisa
dikendalikan dengan waktu yang tepat. Kamu harus bisa mengontrol imajinasimu
tersebut!! Karena kalau tidak kamu bisa menjadi gila. Tapi dengan adanya
imajinasimu itu akan membantu hidupmu!!” ujar kakek dengan panjang lebar.
“Kalo
dejavu itu penyakit buakan??”, tanyaku lagi.
“Dejavu
itu bukanlah penyakit, semua orang pasti pernah merasakan dejavu. Hanya saja
dejavu itu akan membuatmu bingung. Tetapi janganlah dipikirkan, yang penting
kamu bisa mengontrol hal-hal yang berlebihan pada diri kamu sendiri!!” jawab
kakek dengan nada yang pelan.
“Baiklah
kek, Fei sekarang mengerti, makasih kakek”, ucapku dengan gembira.
“makasih
juga kek”, ucap Sasha.
Aku
dan Sasha akhirnya kembali ke Jakarta, dan hidupku tidak seperti dulu lagi yang
selalu berimajinasi kapan saja, bagaimana saja, dimana saja. Sekarang aku sudah
bisa mengontrol semua yang ada di pikiranku. Waktu berlalu dengan cepat seiring
dengan pertumbuhan. Saat ini aku dan Sasha duduk dibangku SMA, aku satu sekolah
lagi dengan Sasha, senang sekali rasanya. “makasih kakek..”, ucapku dlam hati.
0 komentar:
Posting Komentar